Menjadi pebisnis sudah menjadi pilihan hidup Yudhi Febriantono.Tak mengherankan, pria kelahiran Bandung ini sudah merintis bisnis sejak masih kuliah. “Saya jualan apa saja. Serabutanlah. Dari rental VCD, dagang bunga sampai dagang domba,” ujar sarjana ekonomi dari Universitas Widyatama (Bandung) ini.
Sekarang, bisnis yang dirintisnya sejak 2001 itu sudah bisa dibanggakan. Melalui Cosmic, begitu ia menamakan clothing brand-nya, Yudhi tak hanya memproduksi kaus, tetapi juga kemeja, jaket,sweater, ikat pinggang, topi, jins, sandal, dan aneka produk lainnya. Ia kini memiliki 300-400 agen penjualan, yang tersebar mulai dari di Jawa, Sumatera, Papua, hingga Brunei, Australia, Malaysia dan Jerman. Selain dijual di toko-toko sendiri seperti di Bandung, Surabaya, Serang, Yogyakarta dan Cilegon melalui konsinyasi, para agen ini juga meluaskan jaringan ke distro-distro besar seperti Globe Jakarta dan Chambers Makassar.
Sebelum bisnisnya membesar seperti sekarang di bawah payung PT Injoynesia, Yudhi merintis usaha dengan modal dengkul. “Pertama kali ya saya nekat ambil order kaus golf senilai Rp 3 juta,” ujar pria kelahiran Bandung 2 Februari 1978 ini. Saat itu ia hanya punya keahlian di bidang desain. “Saya dari dulu memang hobi menggambar,” ujarnya. Untuk urusan produksinya, ia melemparkannya ke pihak lain. Dari sini, ia mendapat untung Rp 600 ribu. Uang ini kemudian ia kembangkan lagi untuk membeli bahan, mencetak label, dsb. Produknya dititipkan ke distro-distro, seperti distro Anonim di Bandung, serta berbagai distro di Jakarta dan kota-kota lain.
Dengan keterbatasan dana untuk promosinya, Yudhi harus bisa kreatif. “Kami lebih menekankan padamovement kami. Misalnya, kami membuat School of Joy. Jadi, pada saat liburan, teman-teman SMA atau SMK bisa magang di sini,” ujarnya. Program School of Joy (SoJ) sudah berjalan selama tujuh tahun. Selain SoJ, ia juga punya program Long Board. Ini semacam acara downhill. Contohnya, tur ke Bromo, Merapi, Malang dan Bali; serta Vespa Riding di Bandung. Menurutnya, kegiatan seperti ini membuat Cosmic dibicarakan, dan ini menonjolkan karakter mereknya. Ia mengistilahkannya sebagaiunderground word of mouth.
“Kami melakukan ini semua berdasarkan kesenangan (joy). Definisi joy inilah yang diterapkan ke proses bisnis,” ujar Yudhi. Caranya cukup berhasil, terbukti pada 2001 itu Cosmic tanpa biaya sepeser pun bisa masuk dalam acara MTV dan Ceriwis (TransTV). “Kami menjadi sponsor untuk wardrobe mereka,” ujarnya.
Menilik harga produk Cosmic, antara Rp 120 ribu dan Rp 400 ribu, sudah bisa ditebak, produk yang menyasar segmen anak muda ini ditujukan bagi kelas menengah. Dari segi produksi, hanya kaus yang diproduksi sendiri. Pusat produksinya terletak di Jl. Aceh, Bandung, dengan kapasitas 10 ribu potong per bulan. Produk lainnya ia alihdayakan (maklun) ke pihak lain. “Tetapi, tetap dengan pengawasan ketat. Sebab, pernah terjadi produk saya belum keluar, malah bajakannya sudah ada di pasar,” ujar pria yang memiliki 52 karyawan ini.
Keberhasilan Cosmic membuat Yudhi makin percaya diri. Tahun 2002 ia merilis merek baru, Cosmic Girl, disusul Infamous (2004) dan Mighty (2006). Tak puas hanya sampai di situ, tahun 2010 Infamous meluncurkan She’s Infamous dan GDB Infamous. Lalu, tahun ini (2013) ia meluncurkan Cosmic Jeans dan Cosmic Kids.
Tak seperti merek Cosmic yang menyasar kelas menengah, Infamous ditujukan untuk segmen atas karena kisaran harganya lebih tinggi, yaitu Rp 150-800 ribu. Produknya dari sepatu sampai jaket. Adapun Mighty ditujukan untuk segmen yang lebih bawah karena harganya Rp 100-250 ribu. Namun, diakuinya, tulang punggung usahanya masih merek Cosmic.
Bersamaan dengan makin membesarnya nama Cosmic, baru-baru ini Yudhi menggunakan endorseruntuk mengangkat karakter mereknya, yakni David Naif, Kaka Slank, dan Heru Shaggy Dog. “Di antara kami ada beyond business. Ini tak sekadar kontrak antara brand dan ambassador. Jauh lebih dari itu, kami punya ikatan batin,” Yudhi mengklaim. Menurutnya, pihaknya juga bekerja sama dengan Naif saat grup band ini mengeluarkan album baru.
Kepercayaan diri Yudhi dalam mengembangkan Cosmic tergolong luar biasa. Bapak dua anak ini pernah membuka gerai sendiri di Singapura, walaupun akhirnya ditutup. “Partner di sana kurang bagus,” ujarnya beralasan. “Hikmahnya, saya bisa ke Singapura, karena dulu tidak pernah,” ujarnya lagi sambil terkekeh. (*)
No comments:
Post a Comment